Rabu, 17 Juni 2009

Sebutir nasib

Menata hati…
yang terberai

menikmati sebuah kegundahan
menjalani kokohnya kegamangan
dengan langkah kaki pasti… goyah
menuju arah yang tak tentu

dua-satu; satu-dua…
apalah bedanya?

aku adalah aku…
tak lebih
menelan sebutir nasib
yang dianggap sebagai takdir
hampir… tanpa definisi

pilihan… bukanlah pilihan
matahari, bulan, bintang
tetap saja… jauh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar